Sabtu, 22 Juni 2019

(The Elevator-Short Story) : I’m in Underworld





Perbincangan anak-anak satu kelas pun tak ada habis-habisnya, mereka membicarakan sosok wanita yang meninggal di sebuah hotel berlantai 10, posisinya tak jauh dari sekolahan. Alice yang baru datang lantas bingung, mengapa di suasana yang begitu pagi ini mereka malah bergosip, bukannya membaca atau membahas PR kemarin.

“Alicia Glam sini deh lo!”ucap salah satu dari mereka yang tak lain  adalah sahabat karib Alice, Brileea. Gadis keturunan Cina itu meneriaki Alice dari tempat duduknya.

“Lice, lo tau gak?, tadi gue ikut ngumpul sama anak-anak cewek sebelum lo datang” Ucap Leea. “ya terus?” jawab Alice

“Di hotel Western yang tak jauh dari sekolah kita, ada kasus kematian seorang wanita yang bernama Marline dia meninggal di dalem toren hotel , dan lo tau dia meninggal karena apa? konon dia meninggal saat memainkan ritual the elevator yang pernah gue ceritain ke lo waktu itu Lice, ini fotonya,

” ujarnya sambil menunjukkan foto Marline

Haha lo lucu deh, serah lo deh, ga logis cerita lo dan masih jaman ya percaya begituan? Kuno lo” jawab Alice sambil menertawakan pernyataan Leea tentang kematian misterius Marline

 Leea adalah seorang yang menyukai kegiatan bahkan cerita-cerita horror, urban legend, serta creepypasta dan riddle yang menyulitkan, tapi yang membuat Alice heran ia adalah seorang penakut.

Sedangkan Alice hanya mampu mendengarkan dan tak sanggup untuk mempercayai apa yang temannya katakana, mengenai hal mistis yang menurutnya sama sekali tidak menarik
“ Oke deh, kalo ga percaya dan kalo lo berani, lo boleh coba!” tantang Leea.
Alah bodoh gue mau nurutin omongan lo, lo dulu aja yang coba, kalo lo sama kayak Marline baru deh gue percaya, lo aja penakut  haha,” balas Alice. Leea pun membuang muka dan tiba-tiba bel masuk pun berbunyi, seketika menghancurkan sekaligus mengakhiri obrolan mereka.


Hari ini merupakan hari terkonyol menurut Alice, mulai dari gosip kematian wanita yang misterius, teman yang mempercayai takhayul, dan lagi- lagi Leea tidak menegurnya masalah hal yang menurutnya sepele dan tidak penting.
“ Lee, lo marah ya ama gue? Ya udah gue minta maaf deh,” ucap Alice
Abis lo nya ngeselin, lo boleh ga percaya, tapi jangan nyalahin pendapat orang dong,” balas Leea
Alice tertawa semakin keras, ia merasa kasihan dengan sahabatnya entahlah saat itu juga ia hanya bisa tertawa daripada menambah kecewa sahabatnya itu.
Iya deh boss, yuk kita pulang tadi kan ada tugas gambar dari Sir Johnson, dan gue tau  kalo lo itu gambarannya jelek banget, jadi kalo barengan kan bisa gue bantuin,” sahut Alice di balik candaannya
Jahat ya lo, tapi lo bener juga haha, Yuk!” ajak Lee. Seketika suasana menjadi hangat kembali, diantara kemarahan yang mereka buat, mereka ternyata masih peduli.

Mereka pulang ke apartement Alice yang berada di lantai 5 dan terdiri dari 10 lantai tanpa lobby, posisi apartement Alice pun cukup jauh dari keramaian. Dikarenakan bukan di pusat perkotaan, lebih tepatnya apartement ini milik ayah Alice yang sekarang bertugas di Aussie, dan terpaksa Alice tinggal dengan ibunya berdua saja, sebut saja Alice adalah seorang anak tunggal.

Keheningan menemani perjalanan mereka berdua, tiba-tiba  Leea menekan tombol lift ke lantai 5 menuju kamar Alice, seketika lift pun terbuka dan mereka pun masuk.
“Lice, lo sadar gak? Kalo apartement lo ini punya 10 lantai,” ujar Leea
Iya, emang kenapa?” jawab Alice bingung
Berarti apartement lo ini bisa jadi portal ke dunia lain, lewat The Elevator Games, mungkin lebih tepatnya  lift ini”  sahut Leea untuk kedua kalinya
Alice pun tertawa, dan tawanya memecah keheningan.
Haha, cocok lo jadi pelawak Lee. Gue terima pendapat lo tapi tetep aja, gue ga percaya, titik.” Tegas Alice
“ Ting Tong,” lift pun terbuka dan mengakhiri obrolan mereka. Mereka keluar menuju kamar Alice

Di kamar Alice tak terdengar sedikit pun suara orang, termasuk ibunya. Bahkansetelah Ia dan Leea masuk pun, Alice hanya menemukan sebuah memo tertempel di pintu kulkas yang tertulis bahwa ibunya pergi ke Aussie tanpa sepengetahuannya terlebih dahulu, karena alasan bahwa ia terburu-buru.
Nyokap lo ninggalin tanpa sepengetahuan lo Lice, simple but it’s wrong,” ujar Leea heran

Take it easy Leea!, gue sih have fun aja, selagi ga ganggu dan masih ngasih kabar ya it doesn’t matter buat gue, toh sendiri itu enak lagi, walaupun mengecewakan, tapi tetep gue nikmatin, over all inilah kehidupan sebenarnya, ketika lo bebas menjalani aktifitas lo tanpa aturan dari siapapun termasuk keluarga bahkan nyokap lo sendiri,” jawab Alice menyikapinya.

Mereka pun menikmati semua kesepian bersama-sama dari mulai membuat tugas,makan,hingga akhirnya waktupun memisahkan keduanya.

Alice meminta Leea untuk menginap di apartementnya dikarenakan hari sudah menujukkan pukul 11 malam dan besok pun weekend. Namun, Leea masih memaksakan diri untuk pulang. karena adik Leea sendirian di rumah. Alhasil Alice pun membiarkannya.

Hati-hati Lee, ini udah malem jalanan pasti udah sepi banget, “ ujar Alice
Ya elah, ini kan malem minggu lo lupa ya?, justru malem ini jalanan pasti rame banget, lagian juga rumah gue kan deket sini juga,” ketus Leea

Alice pun mengiyakan jawaban Leea dan mereka beralih keluar kamar hingga akhirnya Leea pun berjalan menuju elevator sendirian.

Saat memasuki kamar, Alice melihat catatan Leea yang tertinggal dan buru- buru keluar kamar untuk mengejar Leea, tapi sosok Leea tak terlihat lagi karena ia telah memasuki elevator.

Rasa penasaran pun datang ke benak Alice dan secara perlahan ia buka catatan Leea, isinya sama seperti catatan kebanyakan orang, hingga akhirnya ia menemukan di lembar ke 10 sebuah tulisan yang berjudul “ How To Play The Elevator Games” terlihat foto Merlin yang berada dalam sebuah toren dengan mata terbelanga dan badannya yang pucat serta mulut yang terbuka seolah menatap Alice

Seketika Alice membuang muka dan langsung menatap area lain, atau lebih tepatnya catatan aneh yang dibuat oleh Leea


Instruksi:
  1. Masuki gedung yang kamu pilih dan masuklah ke lift yang ada di lantai satu sendirian. Jangan lanjutkan kalau ada orang lain di lift yang sama,
  2. Tekan tombol untuk ke lantai 4,
  3. Ketika sudah di lantai 4, jangan keluar. Tetap di lift dan pilihlah tombol ke lantai 2,
  4. Ketika sudah sampai di lantai 2, tetap di lift dan tekan tombol untuk ke lantai 6, 
  5. Ketika sudah di lantai 6, tetap di lift dan tekan tombol untuk ke lantai 2,
  6. Ketika sudah di lantai 2, tetap di lift dan tekan tombol ke lantai 10,
  7. Ketika sudah di lantai 10, tetaplah di lift dan tekan tombol ke lantai 5,
  8. Ketika sudah sampai di lantai 5, ada cewek yang masuk ke lift. Jangan lihat atau berbicara sepatah katapun dengannya,
  9. Tekan tombol ke lantai 1. Kalau liftnya malah mengarah ke lantai 10, kamu bisa melanjutkan. Kalau lift kembali ke lantai satu, keluar dari lift begitu pintu terbuka. Jangan lihat ke belakang. Jangan bicara.
  10. Jika kamu sudah di lantai 10, kamu bisa keluar atau tetap berada di lift itu. Kalau kamu pengen keluar di lantai itu, cewek yang masuk di lift lantai 5 tadi akan nanya kepadamu “Mau kemana sih?” Jangan bales pertanyaannya. Jangan lihat ke arahnya.
  11. Ga boleh bawa alat komunikasi apapun handphone, handie talkie, atau semacamnya
Tanda kamu sudah di dunia lain adalah kamu satu-satunya yang ada di ruangan itu.

Cara untuk kembali : -
Seketika Alice tertawa, lalu ia merasa ada sesuatu yang berbisik di telinganya, bisikkan itu menyeru bahwa ia harus mencoba permainan itu.

Gak.. gak, gue ga mau ngelakuin ini, “ ucapnya seketika dan langsung menutup catatan milik Leea

Suara bisikkan itu semakin keras terngiang di pikiran Alice. Hati dan tindakannya tak sejalan, ia pun mengambil catatan Leea, sontak membuatnya tertantang
Oh come on Lice, it’s just a game, not real this is fake, really wanna try this!, so exited,

Keraguan Alice pun hilang seketika, ia mencoba menuju elevator sambil membawa catatan milik Leea sebagai pemandu permainan, waktu telah menunjukkan pukul 12 malam.

Suasana hening dan sepipun menemani langkah Alice ketika keluar kamar .Alice merasa dibodohi dengan suara yang terngiang di pikirannya, Leea berhasil membuatnya mencoba permainan konyol yang tak mengasyikan itu.

Saat itu juga, ia heran mengapa jantungnya berdetak cepat lebih dari biasanya. Di depan elevator yang pintunya masih tertutup , perlahan namun pasti jemari Alice menekan tombol ke lantai 1

Gonna be well, if I fight my fear,” ucap Alice seolah meyakinkan dirinya untuk memulai permainan itu

Seketika pintu elevator itu pun terbuka, jantung Alice pun berdetak lebih cepat sambil memasuki elevator Alice mencoba menghirup nafas di lift yang terasa sesak dan kekurangan oksigen
Oke arrive at first floor, then 4th floor,
Lantai 2, 6, ke 2 lagi, duh capek juga,” keluh Alice
10, dan ke lantai 5,”  lift pun terbuka dan benar saja seorang wanita dengan dress merah memasuki lift bersama dengan Alice, logika Alice mencerna semua, apa yang dikatakan Leea dalam bukunya itu benar.
Keep calm Alice, lo ga boleh takut. “ ucap Alice dalam hati kecilnya. Ia tetap tak ingin melihat wajah wanita itu, karena kali ini ia yakin sesuatu hal buruk akan terjadi
Tangan Alice gemetar ketika menekan tombol lantai 1, benar saja lift itu mengikuti ke lantai 1
“ I’m fail,” ucap Alice dalam hatinya

Seharusnya lift naik ke lantai 10, namun Alice merasa ada yang salah, karena saat ia ingin keluar tiba-tiba pintu lift itu tertutup dan seketika menuju lantai 10

Badan Alice semakin kaku, lidahnya pun tak henti berdo’a sambil menyesal dalam hati, keringat Alice tidak hanya mengucuri dahinya, bahkan seluruh tubuhnya ia rasakan dingin yang menusuk

“Alice, lo mau kemana?, mau ikut gue pulang ya?” suara wanita itu seperti suara Leea,sesaat Alice berpikir bahwa takkan mungkin sosok Leea masih berada di apartement Alice, namun ia masih ragu dan mencoba untuk menoleh, tapi lift sudah berada di lantai 10

Alice berlari, tanpa menoleh ke belakang, meski suara Leea terus memanggilnya
“Benar saja, I’m in Underworld,” ujar Alice yang tak percaya sebelumnya
Perlahan gelap, Alice paham sekali keadaan apartementnya yang minimalis itu, ia tahu bahwa lantai 10 tidak segelap ini, tak ada arah yang bisa ia ikuti, kali ini ia meminta pertolongan
“Siapapun tolong aku, Help!” Teriak Alice

Di ujung penglihatannya ia melihat sosok Marline yang berdiri, lalu Alice menemuinya tanpa menyadari ia  berlari menjauh dari lift, Marline pun hilang

“Alice, kamu akan bertahan disini, kamu takkan kembali,” Suara itu terus membisikki pikiran Alice yang membuatnya kebingungan pandangannya gelap, ia menyesal, tertunduk kaku dan pasrah

Tiba- tiba tubuh Alice terlempar ke sudut ruangan yang gelap, ia menghela nafas dengan kembali menatap ujung pandangannya dalam gelap.

“Titik merah,” Alice ikuti, terlihat Marline muncul kembali membawa lentera sambil menunjuk ke arah lift yang Alice naikki sampai kesini

Ia berlari tanpa keraguan, namun kali ini berbeda, arwah- arwah menyerangnya menarik setiap bagian tubuh Alice hingga  terluka, alhasil ia berhasil masuk ke lift dan menekan tombol 4

Catatan Leea tertinggal. Alice mencoba mengingat kembali
“ Lantai 4, setelah itu 2, kemudian 6, kembali ke 2, lalu 10,” pikir Alice gegabah

Ia sedikit terlupa, lalu ia kembali teringat secepatnya ia menekan tombol 5. Wanita berdress merah itu menatap Alice tersenyum mengancam di depan lift, tanpa sengaja Alice menatap mata wanita itu, sontak wanita itu marah dan memaksa masuk, secepat kilat tanpa pikir panjang tangan Alice tak melihat tombol mana yang ia tekan, hingga akhirnya ia menekan tombol ke lantai 1

Nyaris wanita itu merenggut nyawa Alice, sampai di lantai 1 Alice berlari keluar dari lift dengan rasa takut yang selama ini belum pernah ia rasakan.
“ Leea benar,” ucapnya gagu



Senin, 07.00 WIB

“Dek ngapain kamu tidur di depan lift?, orang mau lewat mending pindah ke kamarmu aja dek,” ucap seorang petugas keamanan yang tidak diketahui Alice

Alice perlahan membuka matanya, dan bersyukur bahwa ia telah berhasil
Satpam itu pun heran.
“Pak, saya dimana ini?” ucap Alice kebingungan sambil memegang kepalanya
“Kamu di lobby Hotel Western dek”
Alice terdiam, bagaimana mungkin ia bisa berteleportasi ke tempat ini setelah semalaman berada di lift apartemennya sendiri.

Ya sudah kamu pindah ke kamarmu saja dek, soalnya ini sudah pagi dan orang banyak yang beraktifitas,” ucap Satpam itu
Namun, yang dilakukan Alice justru keluar tanpa menyanggah seruan Satpam itu, ia berlari ke luar hotel, memberhentikan taksi menuju apartemennya.
Ia trauma dan sedikit stress karena tak mungkin hal ini bisa terjadi, Leea berhasil membuat ia percaya, Alice pun tidak masuk sekolah dan memberi kabar ke sahabatnya, Brileea

Pukul 13.00 WIB

“Lice, aku ke apartemen kamu ya, mau ngambil catetanku kayaknya ketinggalan deh, sekalian jenguk kamu,” teriak Leea dalam panggilan video yang ia buat bersama Alice
Oke hati-hati ya,” jawab Alice sambil mengacungkan jempolnya
Telpon berakhir.

Sesampai di apartemen Alice pun menceritakan hal yang sesungguhnya telah terjadi, dan hampir membuatnya mati suri saat ia tahu bahwa permainan itu nyata, bahwa alam bawah sadar itu sudah ia masukki.
“Lee catatan lo ilang,”ucap Alice

Leea terdiam, bahkan ia juga tak percaya awalnya dengan pernyataan Alice terkait permainan The Elevator yang Leea kira hanya sebatas urban legend, Alice bertemu Marline, hingga ia berada di Hotel Western sungguh aneh dan sulit untuk dipercayai

Hari pun semakin malam dan menunjukkan pukul 11.00 WIB, Alice masih menawari Leea untuk menginap karena hari sudah larut malam, namun Leea menyanggah, masih dengan alasan yang sama bahwa adiknya sendirian di rumah.

Alice pun mengantar Leea ke gerbang lift yang terbuka, seketika Leea masuk sambil melambaikan tangan.

Alice menunggu kabar Leea yang sudah setengah jam tidak mengabarinya, padahal jarak rumah Leea dan apartement Alice sangat dekat dan menempuh waktu kurang dari 15 menit.

“Mungkin Leea lupa dan langsung beristirahat,” Sambil meletakkan handphone miliknya Alice pun merebahkan badan di atas kasurnya.

Selasa, 07.00 WIB

Alice terbangun dan siap untuk bersekolah, sontak ia melihat handphone Leea tertinggal di atas meja makannya. Alice tersenyum sambil menatap handphone milik sahabat karibnya itu, tertera 50 panggilan tak terjawab dari ibu Leea, namun Alice tidak mengubris hal itu, karena ia sudah terlambat untuk ke sekolah, pikirnya akan ia kembalikan ponsel Leea di sekolah saja
Sekejap Alice kembali memasuki kelas dengan wajah yang masih terlihat layu namun sedikit bergairah untuk sekolah, terlihat anak-anak berkumpul di depan kelas sambil menatapnya heran dan bergunjing di depan matanya

“Ada apa, kalian menatapku seperti itu?” Ujar Alice memanas
Tak satupun dari mereka menggubris pertanyaan Alice, tanpa basa basi Alice duduk di bangkunya tanpa melihat Leea yang biasanya datang lebih awal dari Alice
“Leea mana kenapa belom datang?” Ucap Alice pada segerombolan remaja wanita di belakang mejanya
“Leea dari semalam gak pulang ke rumah, ibunya nelpon ke wali kelas sampai tersebar ke kami pagi tadi,” ujar salah satu dari mereka
Alice terdiam dan ikut cemas, masih ia tatapi ponsel Leea yang ia genggam

Pukul 13.00 WIB

Alice kembali ke apartemennya, Ia terkejut melihat warga yang memadati apartemennya, Ia berlari menuju garis polisi yang membatasi area toren apartemennya itu, Alice mendekat, ia melihat sosok mayat terbujur kaku, membiru dalam air toren apartemen, yang benar saja, ia mengenal sosok itu, sosok yang tenggelam dalam toren raksasa apartementnya. Leea, ia menggenggam catatannya yang sempat Alice hilangkan saat bermain The Elevator Games.


Alice seketika diam